Bunga dan Cokelat itu Bernama DI's Way

Bersama Abah Dahlan Iskan

Hari itu, Kamis 14 Februari 2019. Bagi sebagian orang —mayoritas anak muda— tentu merupakan momen yang spesial. Biasanya, menjelang tanggal tersebut, toko-toko akan menjual beraneka coklat dan bunga. Dari sisi bisnis, ekspektasi pedagang jelas, mendapatkan keuntungan yang banyak. Saya berfikir, momen tersebut memang sengaja disosialisasi dan dihadirkan berulang-ulang kepada masyarakat, hingga kemudian menjadi sesuatu yang lumrah di kalangan anak muda dan sebagian orang tua. 

Bagi saya, berbeda. Hari itu tidak begitu spesial sebelumnya, tapi sekarang tanggal tersebut menjadi sesuatu yang spesial. Bukan karena ada bunga dan coklat. Bukan juga karena hari kasih sayang yang biasa disebut Valentine's Day, tapi karena DI's Way. Ini momen langka. Tidak mudah bertatap muka dan berbicara langsung dengan orang besar dan punya jam terbang ribuan mil melintasi lima benua. Ratusan negara sudah dijejaki. Ribuan kota disinggahi. Sejumlah sungai diseberangi.
Beliau adalah pribadi yang inspiratif. Dahlan Iskan, namanya. Biasa disingkat DI. Penggemar dan orang-orang dekatnya biasa memanggil beliau dengan sebutan Abah. Beliau adalah penulis dalam rubrik DI's Way pada sebuah koran terkemuka dan juga pada media online. Ya, sosok fenomenal tersebut adalah mantan Menteri BUMN di era pemerintahan Presiden SBY. Sepak terjangnya dalam dunia birokrasi sudah tidak diragukan lagi, namun yang lebih menarik dari beliau adalah pribadinya yang senang menulis. "Darah daging saya adalah menulis," begitu beliau berkomentar saat peluncuran bukunya. 

       Dari tulisan-tulisanya itulah banyak yang terinspirasi. Siapa sangka, sejak aktif di rubrik DI's Way, pada bulan Februari 2018, beliau menulis setiap hari. Tidak pernah absen selama 360 hari. Uniknya, 1% artikelnya diketik dengan laptop, sedangkan 99% beliau lakukan hanya dg mengandalkan telefon seluler (ponsel). Alasannya, lebih fleksibel dan portable. Karena dimana pun dan kapan pun, menulis bisa dilakukan. 

Apakah Abah DI akan datang? 

Foto sebelum acara dimulai.
   Soal acara, jelas, peluncuran perdana buku DI's Way: The Inspiring. Acaranya bertepatan dengan setahun usia program DI's Way itu sendiri. Bertempat di Pontianak Convention Center (PCC). Tapi dalam kartu undangan, sepertinya tidak ada nama sang inspirator. Yang diundang sebenarnya bukan kami, tapi kepala daerah dan selanjutnya diperintahkan kepada staf agar hadir. Yang diundang untuk mewakili undangan pun sebenarnya bukan dua, tapi satu, Andreas. Sahabat satu kantor di sebuah instansi pemerintah.

Dia diperintah oleh pimpinan untuk memenuhi undangan tersebut. Saya diajaknya. "Itung-itung refreshing bah, Re. Kita pakai motor jak." Gitulah kira-kira bujuknya. Setelah berpikir sesaat, "Ok, kita pergi."  Maklum uang di saku hanya 300 ribu. Semoga saja cukup. 

Namun setelah dipertimbangkan dan atur rencana, apakah saya pergi atau tidak, akhirnya, saya putuskan juga untuk pergi. Hitung-hitung refreshing-lah ke Pontianak. Harapan saya, Abah DI hadir. Rencana awal pergi bertiga. tapi teman yang satunya lagi, batal, karena ada tugas yang tidak dapat ditinggalkan. Akhirnya, sosok yang dinanti-nanti pun datang. Dengan kata sambutan membahana dari sang MC, sempat membuat konsentrasi terbagi beberapa saat. Telinga menyimak pembicara lain di depan tapi mata teralihkan pada sosok yang sedang menyalami peserta di belakangku. 

Saya berdiri selayaknya menyambut orang besar. bersiap-siap memberi salam. Refleks, android saya alihkan ke posisi mirror cam. Dengan harapan, saat beliau mendekat, saya bisa langsung selfie dengannya (mohon izin dulu tentunya). "Pak, boleh foto bareng?" begitulah kira-kira pintaku. "Cekrek, cekrek. Terima kasih, Pak. Saya Jeffrin dari Bengkayang." Ucapku sambil menyalaminya. Perasaan kagum tak bisa kusembunyikan. Orangnya ramah. Murah senyum. Berkharisma juga.

Pribadi-Pribadi yang Inspiratif di Bumi Khatulistiwa. 

Pembicara dalam sesi pembuka, menghadirkan anak-anak muda yang luar biasa, dua di antaranya adalah Hafiz dan Irwanda Djamil, keduanya adalah pemuda hebat asal Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Bengkayang. Hafiz adalah pendiri dan pemilik aplikasi digital Angkutz, sedangkan Irwanda adalah seorang dokter muda pemilik klinik di Sungai Ruk. Belum banyak yang saya ketahui dari mereka berdua, tapi setidaknya, saya sempat mendengarkan sedikit kisah mereka saat keduanya tampil sebagai opening speakers pada acara tersebut. 

Anak Muda Pemilik Start Up 

Insert: Beranda Website Angkuts Indonesia
Hafiz misalnya. Ia merupakan sosok yang peduli tentang permasalahan sampah dan solusinya. Hingga akhirnya membuat aplikasi digital yang bernama Angkuts. Konsepnya adalah, bagaimana sampah-sampah yang tadinya merupakan masalah namun dapat dikelola dengan baik, sehingga bernilai ekonomis bagi masyarakat. Singkatnya, mengubah paradigma masyarakat tentang sampah. Berkat kegigihannya menjadi pegiat lingkungan, dia mendapatkan berbagai penghargaan dari lembaga pemerhati lingkungan, baik dalam maupun luar negeri yang tertarik dengan idenya. Jika Anda ingin bermitra dengan perusahaan tersebut, silakan kunjungi laman webnya https://web.angkuts.id atau kontak 08986371807 / 085347196001 (WA). 

Dokter Muda dengan Segudang Prestasi

Dari kiri: Andreas, dr. Irwanda, saya sendiri.

Tidak kalah dengan Hafiz, Irwanda juga adalah sosok anak muda yang inspiratif. Dari penuturannya, ia sudah memiliki klinik pribadi di Sungai Ruk. Tujuan pendirian klinik tersebut, jelas agar dapat membantu masyarakat dalam hal kesehatan.Dengan Irwanda sendiri, kami sempat berfoto bersama. Dari cara dia menyampaikan materi singkat di hadapan audiens, saya menilai bahwa dia adalah pemuda yang ramah, serta rendah hati. Cerdas, sudah pasti. Luar biasa! Tentunya, masyarakat Bengkayang akan bangga memiliki putra daerah yang berprestasi sepertinya. 


Penemu converter Kit penghemat BBM

Ada lagi pembicara yang tidak kalah menarik perhatian saya. Namanya Amin. Pemilik website 
Dia seorang montir. Pria paruh baya itu berhasil menciptakan converter kit berbahan bakar gas cair (LPG), dengan nama komersial Amin Ben Gas (ABG), produk buatannya dapat menghemat BBM hingga 70%. Berawal dari keinginan membantu para nelayan, yang sering mengeluhkan mahalnya harga BBM, ia mencoba menawarkan sebuah solusi bagi nelayan. Alhasil, idenya sempat ditolak oleh nelayan. "Maklum saja, mereka takut kalau-kalau tabung gas tersebut sewaktu-waktu dapat meledak." begitu tuturnya. Setelah diberikan pemahaman, akhirnya, idenya diterima juga. 



Dari kiri: Amin, Muda Mahendrawan, S.H. (Bupati KKR), dan Dahlan Iskan
Produknya yang sekarang adalah generasi ke-9. Penyempurnaan dari generasi sebelumnya. Dari penuturannya, untuk sekali pergi-pulang melaut, nelayan harus membawa 7-8 liter bensin dengan ongkos Rp51.600 tetapi melalui converter kit buatannya, cukup membawa 1 tabung gas seharga Rp18.000. Sekarang sudah banyak nelayan yang memanfaatkan converter kit buatan Amin. Hasil kerja kerasnya berbuah manis. Ia mendapatkan imbal balik dari perusahaan yang telah membeli idenya. Untuk setiap penjualan produk tersebut ia mendapatkan royalti.

Tidak hanya untuk perahu nelayan, produk tersebut juga sudah bisa digunakan untuk kebutuhan jenis mesin lain seperti mesin pakan, pencacah abon ikan, mesin perontok padi, pompa air dan genset. 

Dermaga Sungai Kakap menjadi saksi uji coba produknya. Hadir saat itu adalah rombongan Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya yang dipimpin Deputi Bidang Koordinator SDA dan Jasa Agus Kuswandono. Begitulah penuturannya dalam kesempatan peluncuran buku DI'S Way: The Inspiring. 

Setelah acara berakhir, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan berikutnya. Yaitu, berfoto lagi. Sayang kalau dilewatkan. Kali ini, ada seorang peserta yang mau menolong saya mengabadikan. Jadi, saya tidak harus selfie. Sadar akan langkanya momen tersebut, saya berjalan ke arah stand panitia dan membeli sehelai T-shirt seharga Rp85 ribu serta buku seharga Rp100 ribu. Buku yang sudah dibayar, langsung kubawa ke arah Abah DI yang masih dikerumuni peserta lain, yang tengah berfoto bersama. Tanpa ragu, saya minta perkenannya untuk membubuhkan tanda tangan di buku tersebut. Acara selesai, seraya berterima kasih, saya dan Andreas beranjak pergi meninggalkan gedung PCC yang masih dipenuhi peserta lain. 
Ada sebuah inspirasi yang saya bawa. Setidaknya inspirasi untuk menulis. 

"Masih banyak pribadi-pribadi lain yang sangat menginspirasi. Di lain kesempatan akan saya bagikan kisahnya dalam blog yang sederhana ini. Semoga tulisan saya boleh menjadi berkat bagi pembaca. Mohon kritik dan saran agar blog ini terus berkembang dan menyajikan informasi-informasi yang berkualitas."

Comments

Popular posts from this blog

Benteng Tua yang Tiba-Tiba Berubah Bentuk dan Fungsi

Tips Hemat Ibu Rumah Tangga